Jumat, 08 Maret 2013

Modul Kolonialisme dan imperialisme


PERKEMBANGAN KOLONIALISME
DAN IMPERIALISME BARAT
DI INDONESIA


LATAR BELAKANG MASUKNYA BANGSA –BANGSA

EROPA KE INDONESIA  (AKHIR ABAD -16) :

1.    Jatuhnya kota Konnstantinopel tahun 1453 ke tangan penguasa Turki Usmani >> rempah-rempah langka dan mahal.

2.    Kisah perjalanan Marcopolo kedunia Timur (dari Cina melalui lautan)

3.    Penemuan Copernicus yang didukung oleh Galileo (bumi itu bulat)

4.    Penemuan Kompas (penunjuk arah mata angin)

5.    Semangat Renconguesta : semangat pembalasan terhadap kekuasa-

6.    an Islam dimanapun yang dijumpainya.

 

Kolonialisme dan Imperialisme

Kolonialisme : Paham yang bertujuan menguasai daerah atau bangsa lain untuk memperluas wilayah kekuasaannya dengan menjadikan koloni

Imperialisme : Paham yang bertujuan menjajah negara lain guna mendapatkan kekuasaan dan keuntungan

 

Imperialisme ada 2 macam:

1.    Imperialisme Kuno bertujuan :

§  Mendapatkan logam mulia (gold)

§  Mendapatkan kejayaan bangsa (glory)

§  Menyebarkan ajaran Alkitab (gospel)


2.    Imperialisme Modern

§  Mendapatkan daerah penghasil bahan baku industri

§  Mendapatkan daerah pemasaran hasil industri

§  Mendapatkan daerah untuk investasi jangka panjang

 

Penjelajahan Samudera Bangsa-Bangsa Barat

 

1.Bangsa Spanyol

 

Tahun 1492 (mulai misi perjalanan) Cristhopurus Columbus  mengajukan permohonan kepada raja Spanyol untuk berlayar mencari

sumber rempah-rempah di dunia timur,dengan 3

buah kapal (PINTA,NINA,MARIA) dan 88 orang

akhirnya tiba dikepulauan Bahama >> jajahan Spanyol

 

 

Sejak Columbus menemukan kepulauan Bahama,maka pelaut-pelaut berikutnya hanya sampai berlayar dikepulauan ini,seperti :

Cortez,menduduki Mexico 1519,menakluk-

suku Indian (Aztec,Maya)

Pizzaro 1530 menalkukkan kerajaan Indian di Peru (Inca)

 

Penjelajahan bangsa Spanyol dilanjutkan oleh Ferdinand Magelhaens pada 1519,

berlayar menuju Hindia Belanda tahun 1520 tiba di Filipina

Tahun 1521 sampai di Maluku dibawah pimpinan Sebastian Del Cano, sementara Franciscus Xaverius (Pastor) menyebarkan agama Katholik di Ambon, Ternate dan Moratai

 

2.PENJELAJAHAN BANGSA PORTUGIS

Pada tahun 1486 Bartholomius Diaz mencoba mencari jalan keluar untuk menemukan dunia timur (pusat rempah-rempah),namun pelayarannya hanya sampai di ujung Afrika selatan,dan diberi nama Tanjung Pengharapan (Cape

of Goad Hope)

 

Pada tahun 1498  Vasco da Gama mengadakan ekspedisi  dan sampai ke Calicut (India),

Tahun 1510 berangkat dari India pada tahun 1511 Portugis berhasil menduduki Malaka di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque,

Perjalanan dilanjutkan oleh Francisco Serro dan akhirnya pada tahun 1512 berhasil mendapatkan daerah penghasil rempah-rempah yaitu Maluku.

 

Tahun 1512 Portugis sampai Ternate, Maluku dibawah pimpinan Francisco Serro

Portugis berusaha melebarkan sayapnya ke Sumatra yang kaya lada tapi gagal karena Kerajaan Aceh mendominasi jalur perdagangan lada

Portugis berhasil menjalin hubungan dagang dengan Blambangan, Pasuruhan, Banyuwangi, Solo, Yogyakarta, Banten

 

Kedatangan Bangsa Belanda

Jan Huygen Van Linschoten menerbitkan buku yang berjudul “Catatan Perjalanan ke Timur atau Hindia Portugis” (Itinerario naet oost ofte Portugaels Indien).

Tahun 1595 Belanda berlayar menuju Asia dipimpin Cornelis de Houtman dengan 4 buah kapal sampai di Banten tahun 1596

 

Kedatangan Bangsa Inggris

1600 Ratu Elizabet I merintis pelayaran dagang ke timur.

Tahun 1602 tiba di Aceh dipimpin Sir James Lancaster, dilanjutkan ke Banten dan membangun kantor perdagangan

Tahun 1604 tiba di Ternate, Tidore, Ambon dan Banda di Maluku dipimpin Sir Henry Middleton


Tahun 1811 Pasukan Inggris menyerang wilayah yang dikuasai Belanda dan menang

13 Agustus 1814 ada perjanjian London, Inggris harus mengembalikan wilayah Hindia Belanda kepada Pemerintah Belanda dan terlaksana 19 Agustus 1816

 

 

 

Kekuasaan Asing di Indonesia

Kekuasaan Portugis

Tahun 1511 tiba di Malaka dan perang dengan Sultan Malaka  yaitu Sultan Mahmud Syah

Portugis berhasil menguasai Malaka dan  Ternate (1512), tetapi tahun 1575 berhasil diusir dari Maluku oleh Sultan Baabullah (putra Sultan Hairun), kemudian mereka berlayar ke Sumatra dan Jawa

Sebab diusirnya Portugis dari Maluku : ?

Portugis memonopoli perdagangan cengkih sehingga merugikan Ternate

Sultan Hairun dibunuh Portugis dengan cara licik di Benteng Sao Paolo

Penyebaran agama oleh bangsa Portugis

Kekuasaan VOC di Indonesia

 

Tahun 1602 terbentuk Perserikatan Maskapai Hindia Timur atau VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) bermarkas di Amsterdam

·         Hak-hak VOC (Hak Oktrooi) yang diberikan Parlemen Belanda :

·         Hak memonopoli perdagangan di wilayah antara Amerika Selatan dan Afrika

·         Hak memiliki angkatan perang dan membangun benteng pertahanan

·         Hak sebagai wakil pemerintahan Belanda di Indonesia

 

·         Hak mengadakan perang dan menjajah

·         Hak untuk mengikat perjanjian dengan raja-raja Indonesia

·         Hak untuk mengangkat pegawai

·         Hak untuk mencetak dan mengedarkan uang sendiri

·         Hak untuk memungut Pajak

 

Hal yang dilakukan  VOC dalam memonopoli rempah-rempah :

·         Hak Eksteerpasi : Hak untuk mengurangi hasil rempah-rempah dengan cara menebang atau memusnahkan, agar penawaran rempah-rempah terkendali

·         Pelayaran Hongi (Hongi Tochtan) : Pengawasan terhadap pelaksanaan monopoli perdagangan di Indonesia

 

 

Penyebab Kemunduran VOC

·         Pegawai VOC banyak yang korupsi

·         Wilayah Indonesia sangat luas sehingga perlu biaya besar untuk mengelolanya

·         Persaingan ketat degan kongsi dagang lain yaitu The East India Company/EIC (milik Inggris) yang berkedudukan di Calcuta

·         Biaya perang untuk menumpas perlawanan sporadis dari suku-suku di Indonesia sangat besar

 

VOC bubar tanggal 31 Desember 1799

Kekuasaan Prancis di Indonesia Masa Gubernur Jenderal Daendels

1800 Indonesia dibawah pemerintah Belanda, 1806 Belanda kalah dengan Perancis dipimpin Napoleon Bonaparte dan dia mengangkat adiknya (Leuis Napoleon) menjadi raja di Belanda

1806 Perancis (Napoleon Bonaparte ) mengalahkan Belanda, dan menguasai wilayah jajahannya termasuk Indonesia.

Tahun 1808 Perancis mengangkat Herman William Daendels sebagai Gubernur Jenderal Belanda di Indonesia, tujuannya mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris.

 

Perhatian Daendels :

·         Membangun Jalan Anyer-Panarukan (+ 1.100 km)

·         Melaksanakan kerja rodi untuk pekerjaan yang bersifat umum

·         Membangun angkatan perang

·         Mencampuri urusan intern kerajaan-kerajaan di Indonesia

·         Menjalankan sistem pemerintahan diktator

·         Mencari keuntungan besar melalui perdagangan budak

 

Tahun 1811 Herman Willem Daendels ditarik ke Belanda, karena menyengsarakan rakyat dan menimbulkan perlawanan di berbagai daerah, dan diganti dengan Jansens

Tahun 1811 Inggris menyerang Batavia dipimpin Lord Minto dan tanggal 18 September 1811 Jansens menandatangani Kapitulasi Tuntang yang berisi penyerahan Batavia kepada Inggris

 

Kekuasaan Inggris di Indonesia

EIC mengangkat Stamfort Raffles sebagai gubernur Jenderal di Indonesia.

Langkah-langkah Raffles :

·         Membagi pulau Jawa menjadi 16 karesidenan

·         Mengurangi kekuasaan bupati dengan mengangkat bupati menjadi pegawai pemerintah

·         Menghilangkan sama sekali bentuk kerja paksa/rodi

·         Menghapus pelayaran Hongi model VOC

·         Melarang perbudakan karena tidak sesuai dengan semangat liberalisme

·         Menghapus segala bentuk penyerahan (upeti)

·         Memungut sewa tanah/Land Rate  sebab tanah dianggap sebagai milik negara

·         Melaksanakan sistem penjurian dalam peradilan

 

Jasa Raffles dalam pengembangan ilmu pengetahuan :

·         Meneliti tumbuhan dan menamai temuannya Rafflesia Arnoldi

·         Membangun kebun raya Bogor

·         Menulis buku History of Java

Kekuasaan Kolonial Belanda

1814 Konvensi London, Perancis harus mengembalikan status negara-negara jajahan ke kedudukan semula

1816 Indonesia dikembalikan ke Belanda kecuali Pulau Bangka, Belitung dan Bengkulu.

Akibatnya terjadi perlawanan dari rakyat, seperti perang Diponegoro, Perang Aceh, Perang Padri, Perang Pattimura sehingga kas Belanda menjadi Kosong

Van den Bosh mengusulkan sistem Cultuur Stelsel / Tanam Paksa di Pulau Jawa mulai tahun 1830

Ketentuan Tanam Paksa

·         Seperlima bagian tanah milik rakyat yang subur wajib dijadikan lahan bagi tanaman ekspor

·         Tanah tersebut dibebaskan dari pembayaran pajak

·         Hasil panen diserahkan kepada pemerintahan Belanda

·         Apabila taksiran harga hasil panen melebihi pajak, maka kelebihannya menjadi hak rakyat

·         Kegagalan panen ditanggung pemerintah

·         Tenaga kerja yang digunakan tidak boleh melebihi tenaga kerja yang digunakan untuk menanam padi

Ketentuan tanam paksa yang dilanggar Belanda

·         Tanah yang dijadikan lahan ekspor tidak hanya seperlima tapi seluruhnya

·         Lahan yang ditanami tanaman ekspor tetap dipungut pajak

·         Kegagalan panen ditanggung rakyat sendiri bukan pemerintah

·         Jika taksiran hasil panen melebihi pajak maka kelebihannya itu tidak diberikan kepada rakyat

·         Tenaga yang digunakan untuk tanam paksa melebihi tenaga untuk menanam padi

Pengaruh Tanam Paksa

·         Rakyat menderita dan kelaparan, karena sebagian besar waktu mereka untuk mengurus tanaman paksa, dan tanaman padi mereka terlantar

·         Sisi positifnya rakyat menjadi tahu tanaman baru yang unggul sebagai komoditas ekspor

Pihak yang menentang tanam paksa

·         Kelompok Pemilik Modal

mereka mendesak pemerintah belanda menghapus tanam paksa, dan mengizinkan mereka masuk ke Indonesia untuk menanamkan modalnya >> Politik Pintu terbuka

·         Golongan Humanis di Belanda :

o   Eduard Douwes Dekker : Asisten Residen, seorang Penulis

o   Van de Venter >> Politik Etis : perbaikan irigasi, edukasi dan transmigrasi

o   Baron Van Hoevel : Pendeta Belanda

·         Kelompok Liberal di negeri Belanda

Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme terhadap bangsa Indonesia

Bidang Politik

·         Pamong praja yang dulu berdasarkan garis keturunan diubah menjadi sistem kepegawaian

·         Jawa menjadi pusat pemerintahan dan membaginya menjadi wilayah perfektur

·         Hukum yang dulu menggunakan hukum adat diubah menggunakan sistem hukum barat modern

·         Kebijakan yang diambil raja dicampuri Belanda

Bidang Ekonomi

·         Belanda membuka tambang minyak bumi di Tarakan Kaltim

·         Belanda membangun rel kereta api untuk memperlancar arus perdagangan

·         Liberalisme ekonomi

 

Bidang Sosial

·         Pembentukan status sosial dimana yang tertinggi adalah orang Eropa, Asia dan Timur jauh baru kaum pribumi

·         Struktur penguasa lokal lenyap

Bidang Budaya

·         Westernisasi menyebar lewat jalur pendidikan dan pemerintahan

·         Birokrat menggunakan bahasa Belanda sebagai simbol status mereka

·         Masuknya agama Katholik dan Protestan

 

 

TERBENTUKNYA KESADARAN NASIONAL

Latar Belakang Munculnya Pergerakan Nasional

·         Faktor Intern

·         Faktor Ekstern

 

Faktor Intern

 

1.      Adanya kaum cendekiawan

2.      Penderitaan, penindasan, dan perlakuan diskriminatif

3.      Pengaruh politik balas budi/Politik Etis

4.      Kenangan kejayaan di masa lampau

 

Faktor ekstern

 

1.      Kemenangan Jepang melawan Rusia tahun 1905

2.      Masuknya paham-paham baru ke Indonesia

a.       Nasionalisme

b.      Liberalisme

c.       Sosialisme

d.      Pan-Islamisme

e.       Demokrasi

3.      Perkembangan Nasionalisme di kawasan Asia Afrika khususnya di Asia Tenggara pada paruh pertama abad ke-20

 

Nasionalisme

Arti luas: perasaan cinta terhadap bangsa dan tanah airnya Terbentuk karena persamaan nasib, budaya, karakter, dan keinginan hidup bersama Arti sempit: perasaan cinta terhadap bangsa yang berlebihan sehingga memandang rendah bangsa lain (chauvinisme)

 

Liberalisme

Dari kata Liberty yang artinya bebas Dicetuskan Adam Smith dalam buku “Wealth of Nations” tentang perjuangan ekonomi Liberal dan mengecam campur tangan pemerintah dalam masalah ekonomi. Juga mempengaruhi bidang politik dan agama Adanya paham Liberalisme memunculkan keinginan menentukan nasib sendiri

 

Sosialisme

Menekankan perhatian pada masyarakat secara keseluruhan Muncul karena perkembangan industrialisasi sebagai dampak liberalisme yang melahirkan golongan kapitalis, Golongan kapitalis mengeksploitasi kaum proletar/kaum miskin (buruh) Kaum proletar bangkit menyuarakan agar segalanya menjadi milik bersama

Tokoh : Karl Marx dari Jerman

 

Pan-Islamisme

Paham yang menginginkan / mencita-citakan manifestasi dari prinsip islam mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan antar umat islam di seluruh dunia. Al-wahdah al-islamiyah / al-ittihad al-islamiyah : Umat islam merupakan satu kesatuan yang utuh dan universal di seluruh dunia tanpa kecuali

 

 

Demokrasi

 

Suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat Pertama kali dilaksanakan di Yunani yaitu di Polis Athena berupa demokrasi langsung Pengambilan keputusan seharusnya dilaksanakan seluruh rakyat Dalam perkembangannya tidak mungkin mengikutsertakan seluruh rakyat, sehingga dengan sistem perwakilan

 

 

 

 

Gerakan Kebangsaan di Beberapa Negara Asia Afrika


·         Keteladanan Mahatma Gandhi dan Jawaharlal Nehru dalam rangka merebut kemerdekaan India dari Inggris

·         Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905 memberi sinyal bahwa bangsa lain dapat menang melawan bangsa Eropa

·         Keberhasilan bangsa Filipina mengusir bangsa Spanyol tahun 1898

·         Keberhasilan China menurunkan kaisar yang korup pada awal abad ke-20

·         Perjuangan Myanmar melawan Inggris untuk merdeka

 

Perjuangan Mahatma Gandhi
Gandhi telah mulai merintis perjuangannya sejak di berada di Afrika Selatan. Pada tahun 1893 dimana dia melihat adanya perlakuan diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah setempat terhadap masyarakat India, serta masyarakat kulit hitam di sana untuk melakukan tindakan non-kooperasi terhadap pemerintah / penguasa Afrika Selatan. 
Gandhi menemukan penindasan tidak hanya pada mereka yang membangkang, namun juga pada yang luka-luka dan meregang nyawa. Dalam catatan hariannya, Gandhi menulis, "Saat itu tak ada orang Eropa yang bersedia membantu membalut luka mereka...Kami harus membersihkan luka-luka orang Zulu yang tidak dirawat setidaknya setelah lima atau enam hari yang lalu, karena itu luka-lukanya membusuk dan sangat menakutkan. Kami menyukai pekerjaan kami."Situasi itu menjadi peletup kesadaran Gandhi bahwa kekerasan tak bisa diselesaikan dengan kekerasan. Bila mata dibalas dengan mata, semua manusia akan gelap mata. Kesadaran lain yang muncul saat itu adalah bahwa ia harus memberikan pelayanan terhadap semua manusia dengan segenap jiwa raganya.
Kesadaran ini diwujudkan dalam prinsip perjuangan: bramkhacharya (mengendalikan hasrat seksual), satyagraha (kekuatan kebenaran dan cinta), swadeshi (memenuhi kebutuhan sendiri) dan ahimsa (tanpa kekerasan terhadap semua makhluk). Setelah itu, Gandhi terus-menerus melakukan perlawanan kesewenang-wenangan dengan gerakan tanpa kekerasan. Misalnya, Gandhi menolak aturan diskriminatif dengan mogok makan, berjalan kaki bermil-mil, membuat garam sendiri ketika semua rakyat harus membeli garam dari pemerintah Inggris, dan sebagainyaBagi Gandhi, hasrat seksual merupakan sumber dari kejahatan dan cenderung mementingkan diri sendiri, yaitu nafsu, amarah, dan agresi. Hasrat seksual dapat ditaklukkan melalui penolakan terhadap adanya pamrih yang selalu mengikuti perbuatan, untuk itulah ia bertekad menjalani prinsip bramkhacharya. Ketiadaan pamrih dapat dilakukan bila jiwa terikat pada prinsip Kebenaran Ilahiah. Inilah prinsip satyagraha, yaitu kepercayaan bahwa jiwa dapat diselamatkan dari kejahatan dunia, dan juga dapat memberikan pertolongan, sejauh jiwa itu senantiasa berada dalam pencariannya terhadap Tuhan melalui kebenaran dan hanya kebenaran.Swadeshi dapat diartikan dalam beberapa arti yang bermacam-macacm oleh kaum politik India itu sendiri. Ada yang mengartikan sebagai suatu boikot tak mau membeli barang-barang buatan Inggris, yakni sebagi suatu taktik pejuangan menyerang.

Perkembangan Pendidikan dan Awal Munculnya Kesadaran Nasional

 

Pada akhir abad ke-19 sistem pendidikan yang berkembang di Indonesia semakin banyak. Sistem pendidikan ada yang diselenggarakan oleh kelompok keagamaan dan oleh pemerinta Kolonial Belanda. Sistem pendidikan yang diselenggarakan oleh kelompok keagamaan lebih menitikberatkan pada pendidikan agama, seperti agama Islam.

 

Perkembangan Pendidikan di Indonesia

Akhir abad ke-19 sistem pendidikan yang berkembang di Indonesia semakin banyak, oleh:
  1. Kelompok keagamaan
      Agama Islam melalui pesantren
      Agama yang lain sesuai penanaman agama masing-masing
  1. Pemerintah kolonial Belanda
      Memiliki kurikulum yang jelas
      Untuk memenuhi tenaga kerja yang bisa baca tulis

 

Sejak dilaksanakannya Politik Etis, pemerintah Belanda kemudian banyak mendirikan sekolah dan berjejang mulai dari sekolah yang setingkat SD sampai pendidikan tinggi. Kemudian yang dimaksud dengan pendidikan kolonial adalah pendidikan yang diorganisasi oleh pemerintah kolonial.Penyelenggaraan pendidikan itu seiring dengan kepentingan pemerintah itu sendiri, berupa kebutuhan akan pegawai terdidik dan terampil, baik di kantor pemerintah atau perkebunan. Karena kepentingan tersebut, pada mulanya pendidikan tidak merata untuk semua orang.


Sekolah yang didirikan Belanda, a.l. :

1.      Kwekkschool (sekolah guru) untuk mencetak tenaga guru asli bumi putera

2.      Hoofdenschool (sekolah pangreh praja) untuk memenuhi tenaga kerja sebagai pegawai di pemerintah Belanda

3.      Hollandsch Inlandsche School (sekolah rendah untuk anak bumi putera) agar anak-anak bumi putera tidak buta huruf

4.      Kebijakan Pemerintah Kolonial Belanda

 

Pelaksanaan pendidikan bagi bangsa Indonesia yang diselenggarakan pemerintah kolonial Belanda mempunyai ciri – ciri sebagai berikut.

1.      Penerapan prinsip gradualisme (berangsur – angsur, lambat dan bertahap dalam penyediaan pendidikan bagi anak – anak Indonesia.

2.      Dijalakannya sistem dualisme dalam pendidikan yang membedakan pendidikan bagi anak Belanda dan pendidikan bagi bumi putera.

3.      Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan terbatas, yaitu untuk menghasilkan pegawai administrasi.

4.      Tidak adanya perencanaan pendidikan yang sitematis untuk pendidikan bagi anak.

 

5.      Sekolah-sekolah yang Berdiri pada Masa Kolonial Belanda

 

Berikut ini adalah sekolah – sekolah yang berdiri pada masa kolonial Belanda :

a. Pendidikan Setaraf SD, meliputi sekolah – sekolah :

1.      Eerste Klasse School (Sekolah Kelas Satu), yang diperuntukkan bagi anak – anak bangsawan Indonesia, dengan lama pendidikan 4 – 5 tahun.

2.      Twede Klasse School (Sekolah kelas satu), yang diperuntukkan bagi anak – anak masyarakat biasa dengan lama pendidikan 3 tahun.

3.      Volkschool (Sekolah Desa ), lama pendidikan 3 tahun.

4.      Vervolgschool (Sekolah lanjutan), sebagai lanjutan dari Volkschool, lama pendidikan 2 tahun.

5.      Schakel School (Sekolah Schakel), yaitu sekolah sambungan yang dapat dilanjutkan ke MULO, lama pendidikan 5 tahun.

6.      europese Lagere School /ELS (Sekolah Belanda), Lama pendidikan 7tahun

7.      Hollands Inlandse School/HIS (Sekolah Hindia Belanda), lama pendidikan 7 tahun.

8.      Hollands Chinese School/HCS (Sekolah cina), lama pendidikan 7 tahun.

 

b. Pendidikan Setaraf SMP/SMA, yaitu :
  1. Meer Uitgebreid Lager Onderwijs/MULO (Pendidikan Rendah Lebih Ekstensif) lama pendidikan 3 – 4 tahun
  2. Algemene Middelbare School /AMS (Sekolah Menengah Umum), sebagai lanjutan dari MULO, lama pendidikan 3 tahun
  3. Hogere Burgerreschool/HBS (Sekolah Menengah), lama pendidikan 5 tahun
  4. Kweek School/KS (Sekolah Guru), lama pendidikan 6 tahun.
c. Pendidikan Tinggi meliputi :
  1. Opleiding school voor Inlandse Ambtenaren / OSVIA (Sekolah Pendidikan Pegawai Pribumi)
  2. School tot Opleding van Indische Artsen / STOVIA (Sekolah Kedokteran Jawa)
  3. Rechts Hooge School / RHS (Sekolah Hakim Tinggi
  4. Technishe Hooge School (Sekoalh Teknik Tinggi)

Lembaga pendidikan yang jumlahnya semakin banyak, ternyata tidak semuanya dapat dimasuki oleh golongan bumi putera. Pemerintahan Kolonial Belanda nasih menggunakan sistem deskriminatif. Bagi anak-anak bumi putera, sekolah yang harus dimasuki ialah sekolah khsusus yang menggunakan kurikulum yang berbeda dengan anak-anak Eropa. Oleh sebab itu, apabila anak bumi putera ingin melanjutkan sekolah lebih tinggi, maka ia harus memasuki sekolah anak-anak Eropa. Anak bumi putera yang boleh sekolah di Eropa hanyalah anak-anak keturunan bangsawan atau yang orang tuanya bekerja pada pemerintahan Belanda.


Perkembangan pendidikan yang ada di Indonesia ternyata dalam jangka waktu yang panjang dapat mengubah kedudukan sosial di masyarakat dan melahirkan satu golongan baru dalam masyarakat yaitu golongan cendekiawan. Golongan cendekiawan inilah yang nantinya mengadakan perubahan mengenai sistem perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.


Bentuk dan Strategi Pergerakan Nasional Indonesia

Perjuangan bangsa Indonesia sebelum tahun 1908 telah dilakukan selama berabad-abad untuk menentang penjajah. Meskipun demikian belum menampakkan hasilnya. Beberapa faktor yang menyebabkan perjuangan bangsa Indonesia sebelum tahun 1908 mengalami kegagalan antara lain:

1.      Kurang adanya persatuan

2.      Faktor persenjataan

3.      Senjata yang dimiliki para pejuang Indonesia masih sangat sederhana.

4.      Politik devide et impera

5.      Siasat Belanda mengadu domba antar sesama bangsa Indonesia berhasil

 

 

Perjuangan bangsa Indonesia mengalami perubahan yang sangat besar setelah tahun 1908. Perubahan itu antara lain :

1.      Perjuangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia mulai menonjolkan persatuan,

2.      Perjuangan yang dilakukan tidak lagi menggunakan senjata tradisional, melainkan menggunakan organisasi modern, dan

3.      Pemimpin perjuangan ialah golongan cerdik pandai, bukan lagi golongan bangsawan atau para pembimpin daerah yang lainnya.

 

 

Perbedaan perjuangan bangsa Indonesia sebelum tahun 1908 dan setelah tahun 1908

Sebelum tahun 1908
Sesudah tahun 1908
Kurang adanya persatuan/Bersifat kedaerahan
Perjuangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia mulai menonjolkan persatuan
Faktor persenjataan masih sangat sederhana/Perjuangan menggunakan senjata tradisional
Perjuangan yang dilakukan tidak lagi menggunakan senjata tradisional, melainkan menggunakan organisasi modern
Pemimpin perjuangan adalah pemimpin daerah atau golongan bangsawan
Pemimpin perjuangan ialah golongan cerdik pandai

Perkembangan Gerakan Kebangsaan Indonesia

 

Periode Awal

Pergerakan nasional Indonesia baru bergerak dalam bidang sosial dan budaya. Organisasi dan pergerakan yang mengemuka antara lain:

 

Boedi Oetomo

Boedi Oetomo didirikan oleh para pelajar Stovia dibawah pimpinan dr. Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908. organisasi Boedi Oetomo merupakan organisasi pergerakan nasional yang pertama, sehingga (setelah era kemerdekaa) tanggal berdirinya organisasi ini ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Tujuan Boedi Oetomo ialah untuk mencapai kemajuan yang harmonis bagi nusa dan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut, usaha yang ditempuh antara lain:

1.      Memajukan pengajaran

2.      Mamajukan pertanian, peternakan, dan perdagangan

3.      Memajukan teknik dan industri

4.      Menghidupkan kembali kebudayaan

 

Tujuan tersebut dipertegas kembali dalam kongresnya di Probolinggo yang antara lain memutuskan:

1.      Boedi Oetomo tidak melakukan kegiatan politik

2.      Kegiatan Boedi Oetomo terutama ditujukan pada bidang pendidikan dan kebudayaan

3.      Ruang gerak Boedi Oetomo dibatasi, yaitu hanya Jawa dan Madura.

Ada beberapa kendala yang dihadapi Boedi Oetomo antara lain:

1.      Pembatasan keanggotaan Boedi Oetomo hanya untuk masyarakat Jawa dan Madura

2.      Boedi Oetomo tidak mencampuri urusan politik

Atas perkembangan itu, banyak anggota Boedi Oetomo terutama kaum muda yang kecewa lalu mengundurkan diri

 

Sarekat Dagang Islam

Sarekat Dagang Islam (SDI) didirikan oleh seorang saudgar kaya raya H. Samanhudi. Latar belakang didirikannya SDI ialah terjadinya persaingan perdagangan antara pedagang pribumi dan pedagang asing, terutama yang berasal dari Cina atau Tionghoa. Hal itu mendorong Haji Samanhudi untuk menghimpun pedagang pribumi agar mampu bersaing melawan pedagang asing. Dengan demikian diharapkan perekonomian para pedagang lokal bisa ditingkatkan. Lahirnya SDI mangakibatkan konflik antara para pedagang pribumi dan pedagang non pribumi senakin tajam, sehingga Belanda membekukan oganisasi Sarekat Dagang Islam.

 

Sarekat Islam

Pada masa kepemimpinan H. O. S. Tjokroaminoto, Sarekat Dagang Islam namanya diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Perubahan nama dari Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam terjadi pada tahun 1912, pusat kedudukannya di Surabaya. Perubahan nama organisasi berpengaruh juga terhadap sifat keanggotaan SI, sebab anggota SI terbuka bagi seluruh umat Islam Indonesia. Selain itu, ruang gerak SI juga semakin luas yaitu perpusat pada masalah agama.

 

Tujuan SI antara lain:

1.      Memajukan perdagangan

2.      Membantu para anggotanya yang mengalami kesulitan, terutama dalam bidang permodalan

3.      Memajukan kepentingan rohani dan jasmani penduduk asli

4.      Memajukan agama Islam

 

Masuknya Pengaruh Komunisme  ke dalam Sarekat Islam

SI yang mengalami perkembangan pesat, kemudian mulai disusupi oleh paham sosialisme revolusioner. Paham ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet yang mendirikan organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) pada tahun 1914. Pada mulanya ISDV sudah mencoba menyebarkan pengaruhnya, tetapi karena paham yang mereka anut tidak berakar di dalam masyarakat Indonesia melainkan diimpor dari Eropa oleh orang Belanda, sehingga usahanya kurang berhasil. Sehingga mereka menggunakan taktik infiltrasi yang dikenal sebagai "Blok di dalam", mereka berhasil menyusup ke dalam tubuh SI oleh karena dengan tujuan yang sama yaitu membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan cara yang berbeda.

Dengan usaha yang baik, mereka berhasil memengaruhi tokoh-tokoh muda SI seperti Semaoen, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirdjo. Hal ini menyebabkan SI pecah menjadi "SI Putih" yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto dan "SI Merah" yang dipimpin Semaoen. SI merah berlandaskan asas sosialisme-komunisme.

 

 

Faktor-faktor yang mempermudah infiltrasi ISDV ke dalam tubuh SI antar lain:

1.      Centraal Sarekat Islam (CSI) sebagai badan koordinasi pusat memiliki kekuasaan yang lemah. Hal ini dikarenakan tiap cabang SI bertindak sendiri-sendiri. Pemimpin cabang memiliki pengaruh yang kuat untuk menentukan nasib cabangnya, dalam hal ini Semaoen adalah ketua SI Semarang.

2.      Peraturan partai pada waktu itu memperbolehkan keanggotaan multipartai, mengingat pada mulanya organisasi seperti Boedi Oetomo dan SI merupakan organisasi non-politik. Semaoen juga memimpin ISDV (PKI) dan berhasil meningkatkan anggotanya dari 1700 orang pada tahun 1916 menjadi 20.000 orang pada tahun 1917 di sela-sela kesibukannya sebagai Ketua SI Semarang.

3.      Akibat dari Perang Dunia I, hasil panen padi yang jelek mengakibatkan membumbungnya harga-harga dan menurunnya upah karyawan perkebunan untuk mengimbangi kas pemerintah kolonial mengakibatkan dengan mudahnya rakyat memihak pada ISDV.

4.      Akibat kemiskinan yang semakin diderita rakyat semenjak Politik Pintu Terbuka (sistem liberal) dilaksanakan pemerintah kolonialis sejak tahun 1870 dan wabah pes yang melanda pada tahun 1917 di Semarang.

 

 

SI Putih (H. Agus Salim, Abdul Muis, Suryopranoto, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo) berhaluan kanan berpusat di kota Yogyakarta. Sedangkan SI Merah (Semaoen, Alimin, Darsono) berhaluan kiri berpusat di kota Semarang. Sedangkan HOS Tjokroaminoto pada mulanya adalah penengah di antara kedua kubu tersebut.

Jurang antara SI Merah dan SI Putih semakin melebar saat keluarnya pernyataan Komintern (Partai Komunis Internasional) yang menentang cita-cita Pan-Islamisme. Pada saat kongres SI Maret 1921 di Yogyakarta, H. Fachruddin, Wakil Ketua Muhammadiyah mengedarkan brosur yang menyatakan bahwa Pan-Islamisme tidak akan tercapai bila tetap bekerja sama dengan komunis karena keduanya memang bertentangan. Di samping itu Agus Salim mengecam SI Semarang yang mendukung PKI. Darsono membalas kecaman tersebut dengan mengecam beleid (Belanda: kebijaksanaan) keuangan Tjokroaminoto. SI Semarang juga menentang pencampuran agama dan politik dalam SI. Oleh karena itu, Tjokroaminoto lebih condong ke SI haluan kanan (SI Putih).

 


Penegakan Disiplin Partai

Pecahnya SI terjadi setelah Semaoen dan Darsono dikeluarkan dari organisasi. Hal ini ada kaitannya dengan desakan Abdul Muis dan Agus Salim pada kongres SI yang keenam 6-10 Oktober 1921 tentang perlunya disiplin partai yang melarang keanggotaan rangkap. Anggota SI harus memilih antara SI atau organisasi lain, dengan tujuan agar SI bersih dari unsur-unsur komunis. Hal ini dikhawatirkan oleh PKI sehingga Tan Malaka meminta pengecualian bagi PKI. Namun usaha ini tidak berhasil karena disiplin partai diterima dengan mayoritas suara. Saat itu anggota-anggota PSI dari Muhammadiyah dan Persis pun turut pula dikeluarkan, karena disiplin partai tidak memperbolehkannya. Keputusan mengenai disiplin partai diperkuat lagi dalam kongres SI pada bulan Februari 1923 di Madiun. Dalam kongres Tjokroaminoto memusatkan tentang peningkatan pendidikan kader SI dalam memperkuat organisasi dan pengubahan nama CSI menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Pada kongres PKI bulan Maret 1923, PKI memutuskan untuk menggerakkan SI Merah untuk menandingi SI Putih. Pada tahun 1924, SI Merah berganti nama menjadi "Sarekat Rakyat".

 

 

Perjuangan Sarekat Islam sebenarnya dimulai tahun 1912-1923, menempuh cara (kooperatif) dengan pemerintah Belanda. Setelah tahun 1923, sejak terjadi perpecahan dalam tubuh SI, cara perjuangan yang ditempuh menjadi tidak mau bekerjasama (non kooperatif) dengan penjajah. Tahun 1927, SI mengadakan kongres kembali dan menegaskan bahwa tujuan SI ialah mencapai kemerdekaan Indonesia berdasarkan agama Islam. Oleh sebab itu, SI akhirnya menggabungkan diri dengan Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Tahun 1927, nama Partai Sarekat Islam diubah menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Setelah menjadi PSII, semakin terpecah-pecah lagi menjadi PSII pimpinan Kartosuwiryo dan PSII pimpinan Abikusno, Partai Sarekat Islam Indonesia, dan PARI pimpinan dr. Sukiman. Organisasi-organisasi tersebut tetap berdiri hingga zaman Pendudukan Jepang di Indonesia.

 

 

 

Muhammadiyah

Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. Muhammadiyah memberikan pengertian yang jelas tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan ajaran Islam.

 

Tujuan didirikannya Muhammadiyah antara lain:

1.      Memajukan pengajaran dan dan pendidikan berdasarkan agama Islam

2.      Mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan cara-cara hidup menurut peraturan agama Islam yang diselaraskan dengan kehidupan modern

 

Sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang sosial keagmaan. Muhammadiyah memiliki anggota yang sangat banyak. Pada tahun 1925 organisasi ini telah memiliki 29 cabang, bahkan pada tahun 1929 telah berkembang menjadi 80 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.

 

Langkah-langkah yang ditempuh oleh Muhammadiyah dalam mencapai tujuannya antara lain:

1.      Mendirikan, memelihara, dan membantu pendirian sekolah-sekolah berdasarkan agama Islam

2.      Mendirikan dan memelihara masjid, langgar, poliklinik, rumah yatim piatu, dan kegiatan-Kegiatan sosial lainnya

3.      Menyebarluaskan ketentuan-ketentuan dalam agama Islam

4.      Mendirikan organisasi kepemudaan yang diberi nama Hisbul Wathan

5.      Membentuk lembaga Majelis Tarjih, yaitu lembaga yang bertugas mengeluarkan fatwa.

6.      Dalam menjalankan kegiatannya, Muhammadiyah juga memperhatikan pendidikan wanita. Organisasi wanita Muhammadiyah diberi nama Aisyiyah. Tujuan didirikannya ialah untuk membantu memberi pendidikan bagi kaum wanita Islam Indonesia.

 

Periode Nasionalisme Politik

Pada tahap ini, pergerakan nasional Indonesia sudah mulai masuk ke bidang politik. Beberapa organisasi dan pergerakan yang muncul antara lain:

 

Indische Partij

Indische Partij merupakan organisasi politik pertama di Indonesia. Didirikan oleh Tiga Serangkai, yaitu Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi), dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) pada tahun 1912 di Bandung. Indische Partij secara tegas menyatakan berjuang untuk melepaskan diri dari penjajahan atau mencapai kemerdekaan. Hal ini terlihat jelas dari semboyannya yang berbunyi Indie voor Indiers (Hindia untuk rakyat Hindia), yang dimaksud rakyat Hindia adalah semua orang keturunan bumiputera, Cina, Arab, Eropa, dan sebagainya, yang mengakui Hindia sebagai tanah air, Negara dan kebangsaannya. Paham ini dikenal sebagai Indisch Nationalism, yang di kemudian hari melalui Perhimpunan Indonesia dan Partai Nasional Indonesia menjadi Indonesisch Nationalism (Nasionalisme Indonesia). Untuk menyebarkan cita-citanya, Indische Partij mendirikan surat kabar De Express.

 

 

Nama Indische Partij menjadi terkenal ketika mereka terlibat dalam Komite Bumiputera yang menentang diadakannya perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari Prancis. Suwardi Suryaningrat menulis sebuah artikel yang berjudul “Als Ik een Nederlandser Was” (andai aku seorang Belanda) berisi kritikan tajam terhadap pemerintah Belanda, yang dinilai tidak punya moral merayakan peringatan kemerdekaannya di negeri yang dijajahnya.


Tulisan tersebut berisi sindiran terhadap ketidakadilan di daerah jajahan. Karena dianggap berbahaya, akhirnya pada bulan Agustus 1913 Belanda menjatuhkan hukuman buang kepada para pimpinan Tiga Serangkai, dan mereka memilih untuk dibuang di negeri Belanda. Cokroaminoto dipulangkan pada tahun 1014 karena sakit keras. Sedangkan Ki Hajar Dewantara dan Douwes Dekker baru kembali pada tahun 1919.


Setelah pemimpinnya dibuang Indische Partij mengganti nama menjadi Nasional Indische Partij, tetapi kurang berpengaruh. Walaupun perjuangan Indische Parti sangat singkat, namun tujuannya telah memeberi warna baru bagi organisasi pergerakan nasional yaitu adanya semangat nasionalisme yang mendalam untuk memperjuangkan nasib rakyat Indonesia. Dalam perkembangannya, Indische Parti dijadikan motivasi oleh Perhimpunan Indoneia dan Partai Nasional Indonesia.

 

 

Gerakan Kepemudaan

 

Tri Koro Dharmo

Organisasi kepemudaan yang muncul ialah Tri Koro Dharmo (Tiga Tujuan Mulia), yang didirikan oleh R. Satiman Wiryo Sandjojo, Kadarman, dan Sunardi pada 7 Maret 1915 di Jakarta. Tujuan didirikannya Tri Koro Dharmo ialah menghimpun para pemuda Jawa agar bersatu berjuang mewujudkan kemerdekaan Indonesia.

 

Asas perjuangan Tri Koro Dharmo  antara lain:

1.      Menimbulkan  pertalian antara murid-murid bumi putera pada sekolah menengah, kursus perguruan sekolah guru, dan sekolah kejuruan.

2.      Menambah pengetahuan umum bagi anggotanya

3.      Membangkitkan dan mempertajam perasaan buat segala bahasa dan budaya Indonesia, khususnya Jawa.

 

Karena sifatnya yang Jawa sentris, Tri Koro Dharmo kurang dapat berkembang. Dalam kongres yang diadakn di Solo (1918), nama Tri Koro Dharmo  diubah menjadi Jong Java. Perubahan ini dimaksudkan untuk menghendari terjadinya perpecahan diantara para anggota Tri Koro Dharmo . Berdirinya Jong Java ini mengilhami lahirnya organisasi-organisasi kepemudaan daerah yang lainnya di Indonesia, seperti Jong Sumatera, Jong Ambon, Jong Minahasa, dan sebagainya.

 

 

Jong Sumatranen Bond

Organisasi ini didirikan pada tanggal 9 Desember 1917 di Gedung Volkslecture Jakarta oleh pemuda-pemuda Sumatera yang ada di Jakarta. Tujuannya adalah untuk memperkokoh hubungan antarpelajar asal Sumatera di Jakarta. Melalui keberadaan organisasi kepemudaan ini lahir kesadaran bahwa nantinya mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa.

Dalam perkermbangannya Jong Sumatranen Bond memiliki banyak anggota yang tersebr di kota-kota lain seperti Bogor, Bandung, Serang , Sukabumi, Purworejo, Padang, dan Bukittinggi. Dari hasil godokan Jong Sumatranen Bond inilah lahir pemimpin bangsa seperti Muhammad Yamin dan Muhammad Hatta.

 

Jong Ambon

Organisasi yang terbentuk adalah Wihelmina, Ambonsch Studifonds, dan Ambon Bons. Orang Ambon di luar Ambon mendirikan Sarekat Ambon. Pimpinannya yang terkenal adalah A.J. Patiy.

 

Jong Minahasa dan Celebes

Pada tahun 1919 berdiri organisasi Jong Minahasa dan Jong Celebes. Kedua organisasi ini tidak begiru besar, tetapi pendiria organisasi ini muncul seorang tokoh muda Minahasa yang terkenal yaitu Sam Ratulangi.

 

Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI)

Semakin banyaknya organisasi kepemudaan yang berdiri pada masa kebangkiatn nasional, mengilhami para mahasiswa di Bandung membentuk Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) pada tahun 1925. anggota-anggotanya berdiri atas para pelajar yang berada di Bandung dan Jakarta,

Tujuan PPPI ialah menghimpun para pelajar di Bandung dan Jakarta untuk bersama-sama memerdekakan tanah air Indonesia.

 

Jong Indonesia

Jong Indonesia berdiri di Bandung pada tahun 1927. organisasi ini sebenarnya merupakan perkumpulan dari organisasi-organisasi kepemudaan yang ada di Indonesia. Tujuan dibentuknya Jong Indonesia ialah menyatukan seluruh pemuda Indonesia organisasi inilah yang memelopori penyelenggaraan Kongres Pemuda yang menghasilkan Sumpah Pemuda.

 

Periode Nasionalisme Radikal

Pada tahap ini, pergerakan nasional Indonesia secara jelas mencantumkan tujuan untuk mencapai keerdekaan. Perlawanan terhadap penjajah Belanda pun dilakukan demi kemerdekaan. Beberapa organisasi pergerakan kebangsaan yang berdiri antara lain:


Perhimpunan Indonesia


Pada 1908, para pemuda Indonesia di negeri Belanda seperti Sutan Kesayangan dan R.N. Noto Suroto mendirikan perkumpulan bernama Indische Vereninging bersifat sosial dengan tujuan awal untuk mensejahterakan para anggotanya yang berada di Belanda. Kedatangan Suwardi Suryaningrat dan kawan-kawannya ke negeri Belanda membawa pengaruh besar terhadap perkembangan perkumpulan ini. Terlebih setelah berakhirnya Perang Dunia I, perasaan antikolonialisme dan anti-imperialisme di kalangan pimpinan Indische Vereninging makin menonjol.


Perubahan pandangan pemikiran para pimpinan dan anggota Indische Vereninging itu akhirnya membawa perubahan nama perkumpulan tersebut. Aktivitas ke arah politik semakin meningkat setelah bergabungnya Ahmad Subardjo dan Mohammad Hatta. Pada 1922 Indische Vereninging diganti menjadi Indonesische Vereninging. Sejak 1925 perkumpulan ini lebih dikenal dengan Perhimpunan Indonesia (PI) dengan ini PI telah menjadikan nama “Indonesia” sebagai simbol perjuangan politik untuk memperjuangkan kemerdekaan. Maret 1923 disebutkan dalam majalah Hindia Poetra bahwa azas PI adalah “mengusahakan pemerintahan untuk Indonesia, yang bertanggungjawab hanya kepada rakyat Indonesia semata-mata, bahwa hal yang demikian itu hanya dapat dicapai oleh orang Indonesia sendiri bukan dengan pertolongan siapa pun juga; bahwa segala jenis perpecahan tenaga haruslah dihindarkan, supaya tujuan itu lekas tercapai”.

 

Kegiatan PI di dunia Internasional ini akhirnya menimbulkan reaksi keras dari pemerintah Belanda. Pada 10 Juni 1927, dengan tuduhan menghasut di muka umum untuk memberontak terhadap pemerintah, empat anggota PI, yaitu M. Hatta, Nazir Pamuntjak, Abdulmadjid Djojodiningrat, dan Ali Sastroamodjojo ditangkap, dan diadili di Den Haag pada 22 Maret 1928. Pidato pembelaan M. Hatta yang diucapkan sendiri berjudul “Indonesia Vrij” (Indonesia Merdeka) berhasil meyakinkan hakim-hakim Belanda, yang ternyata lebih bebas dari prasangka kolonial. Karena semua tuduhan tidak terbukti M. Hatta dan kawan-kawan dibebaskan.

 

Partai Nasional Indonesia (PNI)

Di Hindia Belanda organisasi politik pertama yang bercorak nasional murni dan bersifat radikal adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), awal mulanya bernama Algemene Studie Club yang didirikan di Bandung pada 4 Juli 1927. Organisasi ini didirikan atas inisiatif Ir. Soekarno bersama dengan beberapa mantan anggota PI, seperti Mr. Iskaq Tjokrohadisrjo, Mr. Budiarto, dan Mr. Sunario. Selain itu tokoh-tokoh PNI lainnya ialah dr. Cipto Mangunkusumo, Ir. Anwari, Sartono S.H., dr. Samsi.

Tujuan PNI ialah Indonesia merdeka. Asas perjuangan PNI antara lain:

1.      Selp help, yaitu bekerja menurut kemampuan sendiri baik dalam lapangan politik, ekonomi, maupun budaya.

2.      Non-kooperatif, yaitu tidak menjalin kerjasama dengan penjajah.

3.      Sosio-demokrasi atau marhaenisme, yaitu dengan pengerahan masa rakyat tertindas yang hidup dalam kemiskinan di tanah yang kaya raya.

 

Cita-cita persatuan yang didengungkan oleh PNI mulai terlihat ketika pertengahan Desember 1927 beberapa organisasi yang ada, seperti PSI, Budi Utomo, Pasundan, Kaum Betawi, dan Soematranen Bond, bersedia bergabung dengan PNI untuk membentuk sebuah federasi bernama Pemufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Meskipun PPPKI hanya berumur pendek, namun gagasan persatuan itu terus berkembang. Pengaruhnya tidak hanya kepada kalangan organisasi-organisasi politik saja, tapi juga organisasi pemuda. Faktor inilah yang kemudian mendorong diselenggarakannya Kongres Pemuda, yang akhirnya melahirkan Sumpah Pemuda.

Pada 1930, berkembang isu bahwa PNI akan mengadakan pemberontakan, mengakibatkan beberapa tokoh PNI seperti Ir. Soekarno, Gatot Mangkupraja, Maskun Sumadiredja, dan Supriadinata ditangkap di Yogyakarta dan diadili di Bandung. Dalam persidangannya, Ir. Soekarno mengajukan pidato pembelaan yang berjudul Indonesia Menggugat. Akhirnya, keempat pemimpin PNI tersebut dijatuhi hukuman penjara dengan lama hukuman berbeda-beda.

 

Penangkapan dan pemenjaraan terhadap tokoh-tokoh PNI merupakan pukulan besar bagi PNI. Untuk menghindari penangkapan-penangkapan lebih jauh dan demi keselamatan anggotanya, melalui kongres di Jakarta pada 25 April 1931, Mr.Sartono membubarkan PNI. Namun, tindakannya ini mengundang reaksi dan perpecahan di kalangan anggota dan pendukung PNI, termasuk M. Hatta yang sudah kembali ke Indonesia. Akhirnya, untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan PNI, beberapa partai baru muncul, seperti Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru) yang didirikan M. Hatta dan Sutan Sjahrir, serta Parti Indonesia (Partindo) ciptaan Mr. Sartono. Ketika Soekarno dibebaskan pada Desember 1931, dia bergabung ke Partindo.

 


Partai Komunis Indonesia


Partai Komunis Indonesia adalah organisasi radikal kelanjutan dari Indische Social Democratische Vereniging (ISDV) yang didirikan Sneevliet pada 1914. Bersama dengan Semaun, Sneevliet berhasil mengembangkan ISDV yang berpaham Marxis dan mempengaruhi anggota-anggota dari Sarekat Islam. Pada 1920 Sarekat Islam Merah bergabung dengan ISDV dan membentuk Partai Komunis Indonesia (PKI). Partai ini diketuai oleh Semaun dan wakilnya Darsono.

Kegiatan PKI diarahkan untuk mempertentangkan antarkelas dalam masyarkat, dengan kekuatan utama teletak pada golongan buruh. Pada tahun 1920, PKI berhasil mengadakan kongres di Semarang yang menghasilkan keputusan sebagai berikut:

PKI menggabungkan diri dengan dengan Comunistische Internationale (Comintern)

PKI bersifat kooperatif, yaitu bekerjasama denagn Belanda melalui wakil-wakilnya yang duduk dalam Volksraad.

 

 

Langkah awal yang ditempuh oleh PKI untuk menjalin hubungan kerjasama dengan Belanda ternyata gagal, sehingga PKI mengubah strategi menjadi non-kooperatif dan secara terang-terangan menentang pemerintah Belanda. Sikap radikalisme dan revolusioner yang dianutnya mengakibatkan muncunya pemberontakkan PKI pada tanggal 13 November 1926. pemebrontakkan ini dimulai dari Jkarta, meluas ke Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga sampai ke Jawa Timur. Pemberontakkan ini dapat ditumpas oleh Belanda. Akibatnya, Belanda bertindak lebih tegas lagi terhadap semua tokoh pergerakan nasional tidak hanya terhadap PKI.

 

Periode Nasionalisme Bertahan

Gerakan kebangsaan sudah lebih moderat dan memakai strategi dengan penuh pertimbangan. Periode ini ditandai dengan sikap penjajah yang semakin reaktif.  Gerakan kebangsaan memilih strategi bertahan sambil menunggu kesempatan untuk dapat merealisasikan tujuan. Contoh organisasi yang terkenal adalah Partai Indonesia Raya (Parindra), Gabungan Politik Indonesia (GAPI), Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindro), dan Fraksi Nasional.

Gagasan Persatuan dan Kesatuan Bangsa serta Terbentuknya Identitas Kebangsaan Indonesia

Persatuan dan kesatuan semakin didasari oleh bangsa Indonesia sangat pentng untuk membebaskan diri dari cengkeraman bangsa Barat. Gagasan untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa lahir dari tokoh-tokoh pergerakan nasional diantaranya melalui PPPKI, Kongres Pemuda, Parindra, MIAI, dan GAPI.

 

 

GAGASAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA

 

Gagasan menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa, lahir dari tokoh pergerakan nasional

1.      PPPKI

2.      Kongres Pemuda

3.      Parindra

4.      MIAI

5.      GAPI

 

Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)

Upaya menyatukan organisasi pergerakan nasional, muncul dari Ir.Soekarno (PNI) dan Dr. Sukiman Wirjosandjojo (SI)

·         Terbentuk 17 Desember 1927

·         Rapat di Bandung (17-18) Desember 1927

·         Tujuan: Indonesia merdeka

Penyempurnaan nama menjadi Persatuan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kemerdekaan Indonesia atas usul Soekarno dan Moh.Hatta

 

Usaha PPPKI :

1.      Menuntut pembebasan tokoh pergerakan yang dibuang ke Digul (1.308 tokoh) antara lain : Sayuti Melik, Dr. Moch. Hatta, Muchtar Lutffi, Ilyas Yacub (tokoh Permi dan PSII Minangkabau) dan Sutan Syahrir.

2.      Menuntut diberikan kebebasan berpendapat

3.      Membentuk pengajaran kebangsaan

4.      Menyerahkan pada Konferensi Perburuhan Internasional mengenai Poonale sanctie yang diberlakukan di Indonesia

 

KONGRES PEMUDA

Kongres Pemuda I

b.Kongres Pemuda II

 

Sumpah Pemuda versi orisinal

Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kedoea
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda versi Ejaan Yang Disempurnakan :

Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

 

 

Tri Koro Dharmo
(Tiga Tujuan Mulia)

Didirikan 7 Maret 1915 oleh R. Satiman Wiryo Sandjojo, Kadarman, dan Sunardi di Jakarta

Tujuan: menghimpun para pemuda Jawa agar bersatu berjuang mewujudkan kemerdekaan Indonesia

Bersifat Jawa sentris, sehingga kurang berkembang

Pada Kongres di Solo (1918) nama diubah menjadi

Jong Java

Mengilhami lahirnya organisasi kepemudaan daerah lain (Jong Sumatera, Jong Ambon, Jong Minahasa, dll)

 

Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia

Terbentuk tahun 1925 di Bandung

Anggota: pelajar di Bandung dan Jakarta

Tujuan: menghimpun pelajar di Bandung dan Jakarta untuk bersama-sama memerdekakan tanah air Indonesia

 

Jong Indonesia

Berdiri di Bandung tahun 1927

Tujuan: menyatukan seluruh pemuda Indonesia

Pelopor diselenggarakan Kongres Pemuda yang menghasilkan Sumpah Pemuda

 

Partai Indonesia Raya (Parindra)

Fusi dari Budi Utomo dan Persatuan Bangsa melalui Kongres di Solo, 24-26 Desember 1935

Ketua: Dr. Soetomo

Tujuan: mencapai Indonesia mulia dan sempurna berdasar demokrasi dan nasionalisme

15 Juli 1936 mengajukan Petisi Soetardjo yang  berisi tuntutan politik agar diadakan konferensi antara wakil Belanda dan Indonesia atas dasar persamaan derajat untuk mengakhiri kekuasaan Belanda di Indonesia dengan masa peralihan 10 tahun.

 

Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)

Dibentuk 25 September 1937 di Surabaya

Pencetus: K.H. Mas Mansyur, K.H. Ahmad Dahlan, dan K.H. Abdul Wahab

Tujuan: mempererat hubungan antara perhimpunan-perhimpunan Islam Indonesia dan kaum Islam di luar Indonesia serta mempersatukan suara untuk membela Islam

MIAI dibubarkan, Jepang membentuk

Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi)

 

Gabungan Politik Indonesia (GAPI)

Didirikan 21 Mei 1939

Pimpinan : Muh. Husni Tamrin

Gabungan dari :

Parindra, PNI, Pasundan, PSII, Persatuan Minahasa, dan Gerindo

Tuntutan GAPI : Indonesia diberi perwakilan di parlemen

Bersifat demokratis, dibentuk Majelis Rakyat

Mengadakan Kongres Rakyat Indonesia (23-25 Desember 1939) sepakat membentuk badan perwakilan sejenis parlemen di struktur pemerintahan kolonial Belanda

Belanda bulan Maret 1941 membentuk Komisi Visman, tugasnya menyelidiki perubahan ketatanegaraan yang ada di Indonesia

Asas kegiatan GAPI :

1.      Hak menentukan nasibnya sendiri

2.      Persatuan nasional seluruh bangsa Indonesia berdasarkan demokrasi dalam bidang politk, sosial, dan ekonomi

3.      Mengadakan kesatuan aksi seluruh pergerakan nasional


0 komentar:

Posting Komentar